KOMODITI KARET | 18 Januari 2012


Kategori: Universitas IBA

Potensi produksi dan harga.
Lahan perkebunan karet yang tersebar di Indonesia tercatat 3.4 juta hektar. Terluas didunia, diikuti Thailand seluas 2,6 juta hektar dan Malaysia 1,02 juta hektar. Namun dari sisi produksi per tahun, Indonesia, 2.4 juta ton, masih dibawah Thailand yang mencapai 3.1 juta ton. Sedangkan produksi karet Malaysia berkisar 951 ribu ton.
International Rubber Study Group (IRSG) memperkirakan konsumsi karet natural ditahun 2012 akan mencapai 11 juta ton atau tumbuh sekitar 2.6 %. Sebanyak 65% dari permintaan ini diproduksi oleh Indonesia, Thailand dan Malaysia. Riset LMC Internasional menunjukan pertumbuhan permintaan karet akan naik sekitar 3.5 - 4 % hingga 2020. Harga karet mentah di tahun ini diprediksi berada di kisaran US$ 3 - US$ 4 per kg. Tahun 2011, dimana Eropa mengalami krisis utang dan banjir melanda Thailand, harga karet di bursa Tokyo rata-rata lebih dari US$ 4 per kg. Harga karet alam berpotensi naik, mengingat pertumbuhan ekonomi di China dan India, sebagai konsumen utama, dan negara-negara berkembang lainnya.
Menurut Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, komoditi ekspor yang paling menjanjikan ditahun ini dan masa depan adalah karet. Indonesia mempunyai potensi besar untuk meningkatkan produksi karet dan peran ekonominya dalam bisnis transaksi karet dunia. 

Dukungan SDM.
Potensi produksi dan bisnis karet harus didukung oleh SDM yang menguasai pengetahuan, teknologi dan bisnis karet. Perguruan tinggi (PT) adalah kontributor utama sarjana pertanian. PT harus kontinu mengembangkan kurikulumnya, meningkatkan basis kekuatan lokalnya guna menunjang kelestarian tanaman karet. Kalau 30 % lahan perkebunan karet berada di Sumatera Selatan, sudah sepantasnya daerah ini mempunyai lebih banyak lagi, tenaga ahli budidaya dan bisnis karet.
Universitas IBA, dengan akses relasi bisnisnya, dapat mempercepat langkahnya untuk menjadi salah satu referensi komoditi karet.

tags:
Shared publicly - 18/01/2012 20:39